Pada Selasa, 11 Februari, Paroki Matraman mendapat kesempatan mengadakan kunjungan sosial ke Lapas Cipinang. Kegiatan ini merupakan program Dekenat Jakarta Timur untuk melayani Saudara-Saudari yang berada di balik jeruji. Berbeda dengan kunjungan-kunjungan sebelumnya di mana penanggungjawab kegiatan adalah Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang St. Yoseph - Paroki Matraman, kali ini kunjungan ditangani langsung oleh Seksi Pengembangan Sosial-Ekonomi (PSE) Paroki Matraman bekerjasama dengan perwakilan Legio Maria dan New Beginning in Christ (NBC).
Sekitar pukul 08.00 WIB, tim kunjungan sosial berkumpul di gereja paroki. Tidak lama kemudian, tim ini berangkat menuju Lapas Cipinang. Jarak antara gereja Paroki Matraman dan Lapas Cipinang tidak terlalu jauh. Hanya butuh sekitar 15 menit untuk sampai di lokasi. Ternyata kedatangan tim ini terlalu pagi karena waktu pelayanan di Lapas Cipinang mulai pukul 09.00 WIB. Akhirnya tim ini menunggu di ruang tunggu sambil berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait.
Seperti biasa, sebelum memasuki Lapas Cipinang, KTP dikumpulkan terlebih dahulu untuk didata. Para pengunjung wanita diperbolehkan masuk terlebih dahulu, kemudian disusul oleh para pengunjung pria. Tim kunjungan sosial langsung menuju petugas yang mencatat buku tamu. Para pengunjung pria, termasuk Romo Servatius Dange SVD, distempel tangannya dan diberi tanda pengenal sebagai identitas pengunjung. Lalu tim ini diperiksa satu-persatu. Telepon selular harus disimpan di loker petugas dan tidak diperkenankan dibawa masuk. Setelah tahap pemeriksaan selesai, tim ini sudah ditunggu oleh beberapa penghuni Lapas Cipinang yang akan membantu mengangkat barang-barang bawaan tim ini yang berupa paket perlengkapan kebersihan pribadi seperti sabun mandi, pasta gigi, sikat gigi dan shampo serta kudapan untuk para penghuni Lapas Cipinang.
Setelah melalui jalan yang cukup berliku dan melewati beberapa pintu gerbang, tim kunjungan sosial sampai di kompleks Gereja Petrus, yaitu Gereja Oikumene yang dipergunakan untuk ibadah para narapidana yang beragama Katolik dan Protestan. Sesampainya di sana, tim ini disambut oleh beberapa penghuni Lapas Cipinang berpakaian khusus. Tim ini dipersilakan masuk ke kantor pembimbing. Di sana tim ini sudah ditunggu oleh Bapak Orlando dan Bapak Yoshua. Tim ini pun berbincang sebentar sambil mengisi daftar hadir.
Perayaan Ekaristi dimulai sekitar pukul 09.30 WIB. Sebanyak 119 narapidana - 14 di antaranya beragama Katolik - mengikuti perayaan ini. Tim kunjungan sosial duduk di bangku paling depan. Saat perayaan berlangsung, umat sangat antusias dan bersemangat. Hal ini terdengar dari jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan. Teks lagu serta jawaban atas doa-doa yang dipanjatkan oleh Romo Servatius ditayangkan melalui layar monitor. Hal ini sangat membantu umat dalam berpartisipasi secara aktif selama perayaan.
Saat membuka perayaan Ekaristi, Romo Servatius membacakan intensi yang akan didoakan. Salah satunya adalah mohon kelancaran proses remisi dan bebas bersyarat bagi para penghuni Lapas. Selain itu, ada juga intensi untuk orang sakit karena hari itu bertepatan dengan peringatan Hari Orang Sakit Sedunia.
Mengawali kotbahnya, Romo Servatius bertanya kepada umat: “Bait Allah itu apa?” Umat menjawab: “Bait Allah adalah diri kita sendiri atau tubuh kita sendiri.” Jawaban ini dibenarkan oleh pastor kepala Paroki Matraman itu. Menurutnya, Bait Allah memiliki dua arti: bentuk bangunan atau fisik dan tubuh manusia sebagai Bait Allah karena Allah bersemayam dalam diri manusia. Ia lebih lanjut mengatakan “kita ditempa kembali supaya menjadi pribadi yang suci dan layak agar Allah berkenan tinggal di dalam Bait-Nya yang suci pula.” Ia juga mengajak umat untuk saling mendoakan. “Kami mendoakan para sahabat Tuhan yang di sini. Sebaliknya, para sahabat juga berdoa bagi kami. Mungkin dalam pelayanan kami masih banyak melakukan kesalahan dan kekurangan,” ujarnya.
Perayaan Ekaristi selesai sekitar pukul 11.00 WIB dan dilanjutkan dengan sambutan dari perwakilan tim kunjungan sosial. Dan lagu berjudul “Hidup Ini adalah Kesempatan” menutup kunjungan sosial tersebut. (*)
Luchas Ngatimin